Yang Menjual :
Bentuk Promosi :
Sejarah :
PT. Gudang Garam Tbk. merupakan salah satu produsen rokok kretek terkemuka yang menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia, memproduksi lebih dari 70 miliar batang rokok pada tahun 2001 dan dikenal sebagai produsen rokok kretek yang bermutu tinggi.
Dilihat dari asset yang dimiliki, nilai penjualan, pembayaran pita cukai dan pajak kepada Pemerintah Indonesia serta jumlah karyawan, PT Gudang Garam Tbk merupakan perusahaan terbesar dalam industri rokok kretek di Indonesia. PT Gudang Garam Tbk telah mencatatkan sebagian saham-sahamnya di lantai bursa.
Dilihat dari asset yang dimiliki, nilai penjualan, pembayaran pita cukai dan pajak kepada Pemerintah Indonesia serta jumlah karyawan, PT Gudang Garam Tbk merupakan perusahaan terbesar dalam industri rokok kretek di Indonesia. PT Gudang Garam Tbk telah mencatatkan sebagian saham-sahamnya di lantai bursa.
Terus terang, tidak ada orang Kediri yang berani membayangkan seandainya pabrik rokok itu tutup. Apalagi pemerintahnya. Kalau Anda ke Kediri, pasti Anda akan menjumpai 2 kata sakti itu (Gudang Garam) terukir di semua pot-pot kota, taman kota dan bangunan-bangunan milik publik di sana, menandakan bagaimana pabrik ini sangat penting untuk kota itu. Sebegitu besarnya peranan pabrik ini sehingga sebagai orang yang dilahirkan di kota ini, rasanya tidak berlebihan kalau saya penasaran ingin mempelajari sejarah merek ini. Dan ternyata tidak rugi lho saya melacak fakta sejarah Gudang Garam ini, banyak pelajaran yang akan bisa dapatkan.
Tahun 1870-1880 ada seorang penduduk Kudus, Jawa Tengah yang kemudian dikenal sebagai penemu dan perintis rokok kretek, namanya Haji Djamari. Pada saat itu ia merasa sakit di bagian dadanya. Dia coba mengoleskan minyak cengkeh ke dadanya dan ternyata sakitnya agak berkurang. Berdasarkan pengalamannya itu dia kemudian mencampurkan rajangan cengkeh ke dalam rajangan tembakau, dan lahirlah sudah rokok kretek yang selama ini kita kenal itu. Formula rokok kretek kemudian semakin paten karena eksperimen para pembuatnya, tapi komposisinya ya itu-itu saja, yaitu tembakau, cengkeh dan saos. Suara rokok ketika terbakar itu berbunyi kre….tek….tek….., dari sinilah kemudian orang menyebutnya kretek.
Dulu rokok bukanlah barang dagangan. Orang Jawa dulu membuat rokok dengan menggulungnya secara sederhana saja, dari sini muncullah istilah “tingwe” atau “linting dhewe” (menggulung sendiri). Kemudian sepertinya mereka mulai bereksperimen dengan mencampur rajangan tembakau dengan rempah-rempah seperti cengkeh, damar dan akar wangi sampai kemudian naik kelas menjadi barang dagangan. Nah, eksperimennya ini lho yang menarik.
Satu hal yang membedakan Gudang Garam dengan Sampoerna maupun Djarum adalah model bisnisnya yang sangat konservatif. Mereka hanya masuk di industri yang masih ada sangkut pautnya dengan rokok. Contohnya adalah industri kertas rokok, kemasan, bahan filter, pulp and paper serta sebuah hotel (hanya sebuah lho, itu pun sering dipakai sebagai tempat menyelenggarakan acara perusahaan). Berkebalikan dengan pabrik rokok pesaingnya, jalur konservatif inilah yang menyelamatkan Gudang garam dari bencana krisis moneter tahun 1998 yang lalu.
Gudang garamers :